pemeriksaan intra oral gigi
Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan intra oral dilakukan dalam mulut pasien
untuk mengetahui kondisi rongga mulut pasien. Beberapa pemeriksaan yang
dilakukan di dalam rongga mulut pasien diantaranya:
a) Perkusi
Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat
tetapi tidak keras dengan menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan
ditingkatkan. Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering
dilakukan dengan menggunakan ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini
mendapatkan hasil yang bias dan membingungkan diagnosa. Cara lain untuk
memastikan ada tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu
mula-mula dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau lingual
mahkota. Gigi yang dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis yang sama
pada regio sebelahnya. Ketika
melakukan
tes perkusi dokter juga harus memperhatikan gerakan pasien saat merasa sakit (Grossman, dkk, 1995).
b) Sondasi
Sondasi
merupakan pemeriksaan
menggunakan sonde dengan cara menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal
untuk mengecek apakah ada suatu kavitas atau tidak (Tarigan, 1994).
c) Probing
Probing
bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengan menggunakan alat berupa
probe. Cara yang dilakukan dengan
memasukan probe ke dalam
attached gingiva, kemudian mengukur kedalaman poket
periodontal dari gigi pasien yang sakit (Grossman, dkk, 1995).
d) Tes mobilitas – depresibilitas
Tes mobilitas
dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat di sekeliling
gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar
pada alveolusnya. Tes mobilitas
dilakukan
dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan menggunakan jari
atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodonsium, makin besar gerakannya, makin
jelek status periodontalnya.
Hasil tes mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat
pertama sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya, derajat kedua apabila gerakan gigi dalam
jarak 1 mm bahkan bisa bergerak dengan sentuhan lidah dan mobilitas derajat
ketiga apabila
gerakan lebih besar daripada 1 mm atau bergerak ke segala arah. Sedangkan, tes depresibilitas
dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya menggunakan
jari atau instrumen (Burns dan Cohen, 1994)
e)
Tes
vitalitas
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah
suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari
empat pemeriksaan, yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes
elektris.
(1)
Tes termal,
merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi
untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal (Grossman, dkk, 1995).
(a)
Tes dingin,
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil klorida, salju karbon
dioksida (es kering) dan
refrigerant (-50oC).
Aplikasi tes dingin dilakukan dengan cara sebagai berikut.
·
Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan
menggunakan cotton roll maupun rubber dam.
·
Mengeringkan gigi yang akan
dites.
·
Apabila menggunakan
etil klorida maupun refrigerant dapat
dilakukan dengan menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
·
Mengoleskan cotton
pellet pada sepertiga servikal gigi.
·
Mencatat respon pasien.
Apabila pasien merespon ketika diberi
stimulus dingin dengan keluhan
nyeri tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila
tidak ada respon atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital atau nekrosis pulpa. Respon
dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi
sebelahnya tau mengenai gingiva (Grossman, dkk, 1995). Respon negatif palsu dapat
terjadi karena
tes dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan (metamorfosis
kalsium).
(b)
Tes panas, pemeriksaan
ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah apabila
stimulus
yang diberikan terlalu berlebih. Tes
panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu gutta
perca panas, compound panas, alat touch and heat dan instrumen yang dapat
menghantarkan panas dengan baik (Grossman, dkk, 1995). Gutta perca merupakan bahan
yang paling sering digunakan dokter
gigi pada tes panas. Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di
periksa. Kemudian gutta perca dipanaskan di
atas
bunsen. Selanjutnya
gutta perca diaplikasikan pada bagian okluso bukal
gigi. Apabila tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal bagian
bukal. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi
vital, sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi
sudah non vital (Walton
dan Torabinejad, 2008).
(2)
Tes kavitas,
bertujuan
untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi. Alat yang digunakan
bur tajam dengan
cara melubangi
atap pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit
dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa sakit dan tidak
vital jika tidak ada sakit (Grossman, dkk, 1995).
(3)
Tes jarum
miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies atau tes kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan
cara memasukkan
jarum miller hingga ke saluran
akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah negatif yang menandakan
bahwa gigi sudah nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan gigi
masih vital (Walton dan
Torabinejad, 2008).
(4)
Tes elektris,
merupakan tes yang
dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik, untuk
stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya
menggunakan
Electronic pulp tester
(EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan
dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat EPT
pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak.
Sebelum alat ditempelkan,
gigi yang sudah dibersihkan diberi konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga
kali supaya memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada
orang yang menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan alat pemacu jantung.
Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan gigi
dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat dilakukan pada
gigi restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati akrilik, keramik,
atau logam. Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat karena beberapa faktor antara lain, kesalahan isolasi,
kontak dengan jaringan lunak atau restorasi., akar gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan baterai habis (Grossman, dkk, 1995).
Daftar Pustaka
Bakar, A., 2013, Kedokteran
Gigi Klinis, edisi 2, Quantum, Yogyakarta.
Burns,
C.
R., Cohen, S., 1994, Pathways of The Pulp, 6th Ed,
Mosby-Year Book, Philadelphia.
Grosman, L. I., Seymour, O., Carlos, E., D., R., 1995, Ilmu
Endodontik dalam Praktek, edisi kesebelas, EGC, Jakarta.
Tarigan, R.,
1994, Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti),
Widya Medika, Jakarta.
Tarigan, R., 2002, Perawatan
Pulpa Gigi (endodontic), EGC, Jakarta.
Comments
Post a Comment