AMALGAM
Restorasi Amalgam
Indikasi
restorasi amalgam,yaitu :
- Kavitas klas I, II, dan V
- Pada daerah yang memiliki beban kunyah yang besar
- Tidak mempertimbangkan estetis
Kontraindikasi
restorasi amalgam, yaitu::
§ Jumlah karies dalam rongga mulut yang kompleks
§ Karies yang luas dan melibatkan cusp
§ Adanya kebutuhan estetik
§ Gigi antagonis direstorasi dengan menggunakan logam
yang tidak sejenis, karena akan menyebabkan terjadinya arus galvanish yang bisa
menimbulkan rasa ngilu dan nyeri pada gigi. Karena pada kasus ini saliva
berperan sebagai mediator.
Keuntungan dan Kerugian
Restorasi Plastis Amalgam
Kelebihan
Amalgam
-
Dapat dikatakan
sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan
bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan
dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian
dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang
baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.
-
Ketahanan
terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama
kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling
berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
-
Penambalan dengan
amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu “technique sensitive”
bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah
satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal
resin komposit.
-
Biayanya relatif
lebih rendah dan dapat disimpan lebih lama jika dibandingkan dengan bahan
restorasi lainnya.
Kekurangan
Amalgam
-
Secara estetis
kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi dan juga mudah
mengalami perubahan warna (tarnish) sehingga tidak dapat diindikasikan untuk
gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan.
-
Dalam jangka
waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan
langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga
tampak membayang kehitaman.
-
Pada beberapa
kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung
dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan
pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang
panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan
berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.
-
Hingga kini issue
tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya
masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah
memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.
-
Adanya korosi
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan porositas, penurunan integral
marginal, berkurangnya kekuatan, dan pelepasan produk-produk metal dalam
lingkungan rongga mulut. Galvanic korosi jiga bisa dapat terjadi yaitu korosi
yang terjadi apabila amalgam berkontak dengan bahan restorasi lainnya, misalnya
emas, amalgam konvensional, alloy prostodonti, dan lainnya.
Tahapan
preparasi dan restorasi tumpatan plastis amalgam
·
Tahap preparasi kavitas:
1. Sebelum melakukan preparasikavitas,
dibuat suatu desain outline form
sesuai bentuk
fissure gigi pada daearah oklusal gigi posterior yang
akan dipreparasi.
2. Outline
form dibuat dengan memperhatikan resistence form,
tetention form, extention for prevention, dan convenience form.
Extention
for prevention kini dianggap sebagai penghancuran jaringan sehat yang sia-sia dan tidak lagi dipraktikkan secararutin (Pickard,
2002).
3. Preparasi dilakukan dengan contra angle
hand piece dengan kecepatan tinggi.
4. Akses atau jalan masuk dibuat menggunakan bur bulat kecil sedalam 2 mm. Semua karies lunak dan stain padapertautan
email-dentin dibuang. Selama kavitas akses mungkin perlu dilebarkan untuk menghilangkan email
dentin yang menggaung, email yang tidak terdukung dentin, dan memperoleh medan penglihatan yang bebas kedaerah pertautan email dentin
(Pickard, 2002).
5. Setelah akses didapatkan, kemudian dilanjutkan pemakaian bur fissure
silindris kecil untuk membentuk dinding tegak lurus alas kavitas sesuai dengan outline form
nya.
6. Untuk menghaluskan dinding pulpa atau dasar kavitas digunakan bur inverted.
Kedalaman kavitas kurang lebih 2 mm dengan dinding tegak lurus bersudut 90º terhadap kavitas, membentuk bentukan box
menurutteori Black.
7. Menurut teori lain bentukan resistensi (resistence
form) pada tumpatan
amalgam ini dapat didapatkan pula dari bentukan convergen atau mengerucut kearah oklusal Perlu diperhatikan bahwa bentukan konvergen tersebut tidak boleh lebihdari 5º, atau kurang lebih 3-5º agar tidak terdapat enamel-enamel
rods yang tidak terdukung
dentin (enamel menggaung) sehingga tumpatan amalgam yang regas nantinya tidak mudah pecah / fraktur ketika menerima bebankunyah.
8. Pada tumpatan plastis ini, sudut internal
kavitas dibuat agak tumpul (tidaktajam)
untukmemudahkan kondensasi
amalgam dan permukaan dinding-dinding kavitas dibuat haluskarena amalgam
berikatan dengan
dentin secarafisiko-mekanik.
·
Tahap basis
1. Sebelum memeulai memberi basis, kavitas dibersihkan dengan air (akuades).
Sebaiknya pembersihan kavitas tidak dilakukan dengan alcohol atau
H2O2 agar tidak terjadi dehidrasi pada dentin.
2. Kavitas kemudian dikeringkan dengan semprotan udara.
3. Jika pembuangan karies mengakibatkan lantai kavitas dekat sekali dengan pulpa, diperlukan pemberian pelapik hidroksida kalsium. Pada kavitas yang sangat dalam, lapisan pelapik kedua mungkin diperlukan. Semen
ionomer kaca atau OSE merupakan bahan yang cocok untukmaksud ini. Pelapisan diaplikasikan sedemikian rupa sehingga masih terdapat cukup ruangan 2-2,5 mm
amalgam di atasnya (Pickard, 2002).
4. Pemberian
basis dapat pula diberikan dengan
semen sengphospat (ZnPO4) yang terdiri dari bubuk dan cairan.
5. Ambil bubuk semen satu sendok yang disediakan dan tetaskan cairan satu atau dua tetes.
6. Arahkan bubuk kecairan dengan spatula sediki
demi sedikit, kemudian aduk bubuk dan cairan ini dengan gerakan memutar sampai didapatkan konsistensi dempul yang cukup kental.
7. Semen
dimasukkan kedalam kavitas dengan sonde, kemudian dan dimampatkan dengan semen stopper.
8. Kelebihan
semen bila belum mengeras diambil dengan excavator dan bila sudah mengeras diambil dengan bur inverted
yang juga sekaligus untuk meratakan dasar kavitas.
9. Bagian tepi enamel harus bersih dari semen agar daerah retensi amalgam tidak tertutup.
·
Tahappenumpatan
1. Bubukdan
Hg ditimbang sesuai anjuran pabrik, kemudian dimasukkan ke dalam mortal kemudian diaduk dengan pastle kurang lebih 60 kali putaran.
Bubuk dan cairan yang telah ditimbang dengan perbandingan yang
sesuai sengan anjuran pabrik dapat pula dicampur dengan alat amalgamator selama
5 detik.
2. Campuran
yang telah homogeny kelihatan mengkilat, diambil dengan spatula semen,
kemudian kelebihan
Hg nyadiperas, dibuang pada tempat yang disediakan dengan kain putih ukuran 10 x 10 cm.
3. Campuran
amalgam kemudian dimasuk kanke dalam pistol amalgam
dan dimasukkan pada dasar akavitas dengan tekanan. Lapisan
amalgam yang pertama sangat penting dan membutuhkan perhatian yang lebih dari lapisan berikutnya. Kemudian dilakukan kondensasi (pemampatan)
dengan amalgam pluuger atau
amalgam stopper.
4. Kelebihan bahan dibersihkan dengan kapas kecil (cotton pellet)
dan permukan oklusal dibentuk anatominya dengan carver.
Penekanan dengan
carver dilakukan sejajar pada permukaan gigi (email) untuk mencegah alat terperosok ke dalam bahan.
5. Kemudian dihaluskan dengan burnisher pada keadaan amalgam yang
sudah mengalami
proses setting awal.
·
Tahap pemolesan
1. Pemolesan dapat dilakukan 24 jam
setelah penumpatan.
2. Permukaan
yang kasar diasah dan dibentuk anatominya dengan finishing stone.
3. Dengan
rubber cups merahdengan pasta poles (sengoksida dan alcohol) permukaan amalgam dipoles sampai tampak mengkilap kemudian dibersihkan dengan brush dalam keadaan basah.
4. Pemolesan harus dalam keadaan basah untuk mencegah panas yang timbul diteruskan ke dentin, dengan tekanan ringan dan merata.
Comments
Post a Comment